Beredar Produk di Media Sosial

Konsumsi Madu, Benarkah Bisa Jadikan Pria Lebih Perkasa di Ranjang?

Konsultasi 18+ Sabtu, 13 September 2025 - 13:04 WIB  |    Reporter : FSY   Redaktur : FA Syam  
Konsumsi Madu, Benarkah Bisa Jadikan Pria Lebih Perkasa di Ranjang?

Mengonsumsi madu sachet dengan kandungan tersembunyi seperti tadalafil tanpa arahan dokter bisa berbahaya. Terutama jika Anda sedang mengonsumsi obat lain. (Internet)

RSNEWS - Belakangan ini, madu sedang jadi menjadi tren di media sosial. Bukan sekadar karena khasiat alami, tapi ada klaim produk madu bisa meningkatkan performa seksual pria.

Hal ini tentu membuat penasaran banyak orang, sekaligus menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli kesehatan.

Meski tampak seperti madu biasa, sebagian produk madu ternyata mengandung tadalafi, yakni zat aktif yang juga digunakan dalam obat disfungsi ereksi dari resep dokter yaitu Cialis.

Iklan PC dalam Pahlawan Guru

"Ini bukan masalah baru. Banyak suplemen bebas yang mengandung bahan tersembunyi. Memang bisa memberi efek, tapi risikonya besar untuk sebagian pria," dr. Jared Bieniek, ahli urologi sekaligus direktur Tallwood Men's Health, dikutip dari laman Hartford Healthcare.

Mengonsumsi madu sachet dengan kandungan tersembunyi seperti tadalafil tanpa arahan dokter bisa berbahaya. Terutama jika Anda sedang mengonsumsi obat lain.

"Kekhawatiran terbesar adalah interaksi dengan obat nitrate yang biasa dipakai untuk penyakit jantung atau nyeri dada," jelas dr. Bieniek.

MBG dalam Berita 2

Nitrate dan tadalafil sama-sama melebarkan pembuluh darah. Bila dikonsumsi bersamaan, tekanan darah bisa turun drastis dan berisiko fatal.

Selain itu, penggunaan berlebihan bisa memicu sakit kepala, gangguan penglihatan, hingga ereksi berkepanjangan.

Jika mengalami disfungsi ereksi, sebaiknya jangan buru-buru mencoba produk madu atau suplemen sembarangan. Lebih aman berkonsultasi dengan tenaga medis.

"Penyebab disfungsi ereksi berbeda-beda tergantung usia. Pada pria muda, kami sering mengecek kemungkinan penyakit jantung dini, kadar testosteron rendah, atau faktor psikologis," ujar dr. Bieniek. (FSY/VOI)

 

Laporan : FSY
Redaktur : FA Syam





Berita Lainnya