- Home
- Info Sehat
- Waktu Terbaik Sarapan dan Makan Malam agar Lemak Perut Cepat Hilang
Pola Hidup Sehat
Waktu Terbaik Sarapan dan Makan Malam agar Lemak Perut Cepat Hilang

Jadwal Sarapan dan makan memang menimbulkan efek pada kesehatan, jagan pola makan sangat perlu. (Internet)
RSNEWS - Masa liburan yang penuh dengan makanan lezat dan manis, banyak orang mulai mengalami kenaikan berat badan. Jika Anda sedang berupaya menghilangkan lemak perut, mengatur waktu makan bisa menjadi strategi yang efektif, bahkan lebih penting dari sekadar mengurangi kalori.
Sebuah studi terbaru dari Spanyol mengungkap bahwa waktu makan, khususnya waktu sarapan dan makan malam, berperan besar dalam pembakaran lemak, terutama di bagian perut. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Nature Medicine dan dipimpin oleh tim ilmuwan dari University of Granada dan University of Navarra.
Penelitian tersebut meneliti efek dari metode intermittent fasting atau puasa intermiten pada 197 partisipan berusia 30 hingga 60 tahun selama 12 minggu. Partisipan dibagi ke dalam beberapa kelompok, salah satunya adalah kelompok puasa pagi yang hanya makan antara pukul 09.00 hingga 17.00.
Hasilnya mengejutkan, kelompok puasa pagi mengalami penurunan lemak perut paling signifikan, terutama pada lemak subkutan, yaitu lemak yang berada tepat di bawah kulit perut.
“Makan dengan waktu terbatas, terutama menyelesaikan makan sebelum pukul 5 sore, dapat menjadi strategi praktis dan efektif untuk mengelola berat badan dan mengurangi lemak perut setelah masa berlebihan seperti saat Natal," kata Prof. Jonatan Ruiz, dosen Fakultas Ilmu Olahraga di University of Granada, dikutip dari laman The Sun.
Waktu makan yang tidak teratur, seperti makan larut malam, dapat mengganggu ritme sirkadian tubuh, jam biologis internal yang mengatur metabolisme. Hal ini bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.
Menurut para peneliti, metode makan dengan jendela waktu terbatas, atau time-restricted eating, sangat efektif untuk mendukung metabolisme yang sehat. Bahkan, kelompok puasa pagi dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan kadar gula darah puasa dan kadar gula malam hari, yang berkontribusi dalam mencegah diabetes.
"Puasa pagi menunjukkan hasil terbaik dalam meningkatkan kontrol gula darah dan menurunkan risiko gangguan metabolik,” ujar Dr. Idoia Labayen, salah satu peneliti utama.
Selain makan antara pukul 9 pagi hingga 5 sore, ada beberapa metode intermittent fasting lain yang juga banyak digunakan:
- 16/8 = Puasa 16 jam, makan selama 8 jam
- 5:2 = Makan normal 5 hari, makan sangat sedikit (500–600 kalori) selama 2 hari
- Puasa 24 jam = Tidak makan selama satu hari penuh, biasanya seminggu sekali
- Puasa selang-seling = Puasa setiap dua hari sekali
Namun, tidak semua orang cocok melakukan puasa intermiten. Anda tidak disarankan melakukannya jika sedang hamil, memiliki diabetes tipe 1, atau punya riwayat gangguan makan.
Meski banyak manfaatnya, pendekatan ini juga mendapat catatan penting dari studi lain. Penelitian dari Tiongkok menemukan bahwa membatasi waktu makan terlalu ketat, seperti hanya makan dalam 8 jam sehari, dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung.
“Kami terkejut menemukan bahwa orang yang melakukan time-restricted eating justru lebih berisiko meninggal akibat penyakit jantung." kata Dr. Victor Zhong dari Shanghai Jiao Tong University. (FSY/VOI)